Jumat, 03 Januari 2014

SEMUA BISA JADI PENGUSAHA

SEMUA BISA JADI PENGUSAHA by Ustadz Yusuf Mansur - Friday, 28 September 2012, 16:34 Prinsip dasar u/ semua kemudahan, sama. Prinsip tauhid, iman, dan keyakinan. Prinsip ibadah dan doa. (+) Belajar jadi pengusaha lewat seorang Ustadz? Emangnya Yusuf Mansur seorang pengusaha? Koq belajar lewat Ustadz ya? Belajar bisnis lewat Ustadz? (-) He he he, saya pun tersenyum sendiri. Iya juga. Kenapa belajar sama saya? Saya yang dikenal sebagai Ustadz, ngajar orang supaya jadi pengusaha? Supaya bisnis? Supaya dagang? (+) Mudah-mudahan sedang tidak salah belajar! (-) Insya Allah tidak salah belajar. (+) PD ya? He he. Iya juga sih. Apa saja yang bisa membawa kita bermanfaat, bisa dijadikan ibadah, ya itu kan wilayah Ustadz juga ya... Termasuk dunia usaha. Menjadi pengusaha, supaya bisa menebar banyak manfaat, mengarahkan supaya bisa jadi jalan ke surga, tidak malah kejeblos ke neraka, ke kesusahan dunia akhirat, dan mengingatkan pengusaha untuk tidak meninggalkan shalat, mengeluarkan sedekah, tidak berbuat haram dan maksiat. (-) Ya, kira-kira begitu lah. (+) Berarti ya ga perlu melihat Ustadz sebagai pengusaha ya? Maksudnya, meskipun Ustadz bukan pengusaha, bukan pebisnis, ya ga apa-apa belajar sama Ustadz ya? Supaya sakses tapi selamat dunia akhirat. Gitu kan? (-) He he he, emangnya saya bukan pengusaha juga ya? Tampang pengusaha pegimana sih? Kudu keren? Saya kurang keren ya? Ha ha ha. Engga kan? Jadi pengusaha ya ga mesti petantang petenteng. Ga mesti punya kartu nama, lalu bertuliskan di bawah namanya: BusinessCentre. (+) Koq BusinessCentre? Kayak di hotel aja, ada ruangan BusinessCentre nya? BusinessMan kali, he he he. (-) He he, betul. Itu saking banyaknya bisnis, dia jadi pusat bisnis (BusinessCentre). Salah tulis kartu nama, tapi pesannya “sampe“. Pusat segala bisnis, he he he. Ga penting bahasa inggris betul. Yang penting pede, ha ha ha. (+) Ya penting juga kali. Pengusaha yang “WorldClass“. Tapi itu betul. Jadi pengusaha ga penting nama terukir. Yang penting manfaat. Jadi, Ustadz pengusaha juga nih? (-) Saya ikutan belajar dengan ngajar. Termasuk ketika ngajar semua orang bisa jadi pengusaha, saya ikutan belajar supaya bisa jadi pengusaha. (+) Wuah, berarti beloman jadi pengusaha dong? Pelajaran apa yang bisa dipetik? Sementara Ustadz sendiri belom jadi pengusaha? (-) Ngajar tentang kematian, kan saya juga belom mati? Dulu ketika saya menulis Cara Gampang Bayar Hutang, hutang saya juga beloman lunas. (+) Sekarang udah lunas? (-) Udah nambah lagi nih hutangnya, ha ha ha. Iya, alhamdulillaah, sudah. Saya ketika ngajar tentang hutang, ya bilang, bahwa insya Allah saya pun sama-sama belom lunas niy. Kita bareng-bareng membuktikan bahwa insya Allah hutang kita bisa lunas, dengan segera. Jalan bayar hutang jadi jalan ibadah. Jalan bayar hutang, jadi jalan menuju kepada keyakinan kepada Allah Yang Maha Kaya, dan seterusnya. Tentang jadi pengusaha, bahkan, kalo saya yang ngajar, insya Allah jadi mudah. Prinsipnya sama koq dalam cara bayar hutang, cara berburu jodoh, cara punya anak keturunan, cara punya rumah, cara punya kendaraan, cara bisa pergi haji dan umrah. Sama prinsip dasarnya. (+) Mudah? (-) Iya. Mudah. (+) Ah, mudah, atau ngegampangin? Atau memudahkan? Kalo denger Yusuf Mansur ceramah, atau baca tulisannya, koq ya kelihatannya mudah terus, gampang terus? (-) Bener. Mudah. Emang bener-bener mudah. Kitanya aja yang mempersulit. Dan ngegampangin itu beda loh sama mempermudah atau memudahkan. Ngegampangin itu kesannya ngentengin sesuatu. Ngentengin orang. Memandang remeh. Kalo memudahkan, ya berusaha membuat mudah sesuatu. Termasuk membuat mudah orang untuk menjadi pengusaha, pedagang, pebisnis. (+) Ya udah, ngajar dulu sana. Maaf udah mengganggu ya... (-) Ga apa-apa. Ini baru mukaddimah. Seneng saya malah ditanya. Doakan saya. Supaya saya juga bisa jadi pengusaha. Yang saleh, yang memiliki keluarga dan keluarga perusahaan yang saleh, yang bisa bayar pajak, he he he, yang bisa berkontribusi buat negara dan bangsa. Bisa membantu Allah dan Rasul-Nya dengan berdakwah lewat jalan usaha, bisnis dan perdagangan. Islam aja dulu masuk ke Indonesia salah satunya lewat jalur perdagangan. Doain supaya saya dan pesantren, bisa usaha, yang dengan izin Allah bisa mandiri, tidak tergantung sama orang, tidak bergantung sama donatur dan bayaran santri. Bayaran santri kalo ada, jadi bisa buat kemakmuran dan kejayaan pesantren sendiri. Bukan kejayaan pewakaf, pengurus dan pengelola. Sebab kejayaannya diperoleh lewat jalan usaha. Bisa membawa keluarga dan keluarga besar perusahaan terus mengingat Allah, rajin dhuha, shalat berjamaah, tahajjud, ngedorong mereka untuk ngafal Qur’an 1 hari 1 ayat, 1 hari 1 lembar, bisa jadiin perusahaan kayak sekolah, madrasah, pesantren, tempat nuntut ilmu, di mana karyawan dan karyawatinya, serta seluruh yang ngikut bisa difasilitasin ngaji, belajar, nuntut ilmu selama jadi karyawan karyawati saya. (+) Doain yang lain juga dong... (-) Iya. Didoakan dengan doa yang lebih dari doa tadi. Supaya juga bisa berbisnis yang halal, tapi bisa tetap jalanin mega usaha, berkah, penuh ridha Allah. Jauh dari maksiat, dekatnya sama ibadah. Dan supaya bisa terjalin ukhuwah antar pengusaha lebih hebat lagi. Ukhuwah islamiyah, ukhuwah syiar dan dakwah. Makin banyak pengusaha yang saleh salehah di negeri ini, makin bagus buat negeri ini. Aamiin. (+) Yang masih jadi pekerja ga didoain nih? (-) Iya. Didoain juga. Bahkan di rangkaian tulisan ini, banyak juga mengingatkan pekerja tentang keutamaan dirinya, hingga tidak merasa rendah dibanding pengusaha. Bahkan memiliki kehormatan dan kemuliaan dengan posisinya sebagai pekerja. Didoakan supaya walo jadi pekerja, banyak kemudahan hidup seperti pengusaha, melebihi yang punya usaha, he he he. Soal rizki, bukan soal jadi pekerja atau pengusaha. Insya Allah ini juga dibahas. Aamiin. (+) Ok. Ngajar dulu sana. (-) Siap. Bismillaah...

Tidak ada komentar:

Cari disini data yang anda butuhkan?